Ada anggapan bahwa, kewirausahaan itu bakat dari lahir dan karenanya tidak dapat diajarkan. Etnis Cina dianggap memiliki bakat dibidang perdagangan, maka mereka potensial menjadi wirausahawan. Sedangkan suku Jawa dianggap memiliki mental priyayi dan suku Minang dianggap tidak dapat menjadi wirausahawan yang sukses. Lalu konklusinya, baik orang Jawa maupun orang Minang dianggap tidak mampu menjadi seorang pengusaha.
Benarkah demikian? Menurut hemat kami, mitos-mitos tersebut diatas tidak benar, sebab pengertian kewirausahaan bukan berpijak pada bakat sejak lahir, melainkan erat dengan tindakan atau aksi. Jadi tindakan atau aksi itulah yang menentukan seseorang sukses menjadi wirausahawan atau tidak.
Sebelum istilah wirausaha sepopuler seperti sekarang ini, dulu sering kita dengar istilah wiraswasta. Kata "wiraswasta" berasal dari Wira yang berarti utama, gagah, berani, luhur, teladan atau pejuang. Swa berarti sendiri dan Sta berarti berdiri. Jadi wiraswasta (entrepreneur) berarti pejuang yang utama, gagah, luhur, berani dan layak menjadi teladan dalam bidang usaha dengan landasan berdiri diatas kaki sendiri.
Definisi Kewirausahaan memang banyak dibuat oleh para ahli, tetapi mereka melihat dari perspektifnya masing-masing. Agar pengertian kewirausahaan dapat diterapkan sesuai dengan lingkungan negara kita, maka telah disepakati definisi sebagai berikut ini.
Kewirausahaan adalah kesatuan terpadu dari semangat, nilai-nilai dan prinsip serta sikap, kuat, seni, dan tindakan nyata yang sangat perlu, tepat dan unggul dalam menangani dan mengembangkan perusahaan atau kegiatan lain yang mengarah pada pelayanan terbaik kepada langganan dan pihak-pihak lain yang berkepentingan termasuk masyarakat, bangsa dan negara.
Selanjutnya definisi kewirausahaan yang telah disepakati tersebut akan lebih jelas jika dilengkapi dengan kualifikasi wirausahawan itu sendiri. Berdasarkan kualifikasi seseorang, wirausahawan dibedakan menjadi tiga yakni wirausahawan andal, wirausahawan tangguh, wirausahawan unggul.
Wirausahawan andal memiliki ciri-ciri dan cara-cara sebagai berikut. Yakni:
- Percaya diri dan mandiri yang tinggi untuk mencari penghasilan dan keuntungan melalui usaha yang dilaksanakannya.
- mau dan mampu mencari dan menangkap peluang yang menguntungkan dan memanfaatkannya peluang tersebut.
- mau dan mampu bekerja keras dan tekun untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih tepat dan effisien.
- mau dan mampu berkomunikasi, tawar menawar dan musyawarah dengan berbagai pihak, terutama kepada pembeli.
- menghadapi hidup dan menangani usaha dengan terencana, jujur, hemat, dan disiplin.
- mencintai kegiatan usahanya dan perusahaannya secara lugas dan tangguh tetapi cukup luwes dalam melindunginya.
- mau dan mampu meningkatkan kapasitas diri sendiri dan kapasitas perusahaan dengan memanfaatkan dan memotivasi orang lain (leadership/managerialship) serta melakukan perluasan dan pengembangan usaha dengan resiko yang moderat.
- berusaha mengenal dan mengendalikan lingkungan serta menggalang kerja sama yang saling menguntungkan dengan berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan.
B. Latar Belakang Usaha
Keinginan awal dari Bapak Tulus Priyono sebagai pencetus ide untuk mendirikan cafe ini adalah untuk memulai suatu hal yang cukup menantang. Tantangan sebagai salah satu wiraswasta adalah berani mengambil resiko untuk mencoba sesuatu yang baru dan menciptakan lapangan kerja baru bagi orang lain.
Keberadaan cafe dengan nama "LESEHAN BAMBU MULYO AGUNG JETIS" yang terletak di JL. Raya Jetis 20 Malang-Jawa Timur ini berlokasi strategis, terletak di pinggir jalan raya utama dan dekat dengan lingkungan Universitas Muhammadiyah (UNMUH) Malang III.
Point utama yang coba di tekankan oleh pendiri dari cafe "LESEHAN BAMBU MULYO AGUNG JETIS" Malang adalah untuk mencoba melayani dan memanjakan konsumen. Pendiri mencoba untuk menyalurkan dan memberikan tempat kepada pelanggan untuk congregate (berkumpul), talk (berbincang-bincang), entertain (perjamuan makan), pass of the time (menghabiskan waktu) secara individu maupun dalam kelompok.
Cafe dengan tata letak dan tempat yang cukup luas, dengan tata interior ruang yang menarik dan unik, didesain untuk menarik konsumen agar dapat berinteraksi sosial didalamnya dengan santai dan nyaman. Cafe ini memiliki keunikan dimana dibangun dengan menggunakan kerangka bambu diatas tanah seluas hampir 500 m2, dengan didalamnya terdapat 4 kamar toilet dan 1 mushola. Bagi para pelanggan yang gemar bernyanyi juga dapat menyalurkan kegemarannya, dengan diiringi alunan musik nada-nada electone. Menu yang disajikanpun cukup lengkap dengan harga terjangkau dan bersaing, tanpa meninggalkan etika kelezatan dan kebersihan didalamnya.